Wednesday, November 14, 2018

Kelebihan Al-Quran Bahagian 6 (Orang Yang Sentiasa Membaca Al-Quran,Cantik Wajah Dan Akhlaknya)


عَن اَبي مُوُسى رَضي اللٌهُ عَنهُ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم مَثَلُ المُومِنِ اٌلَذِي يَقَراُ القُرانَ مَثَلُ الآترُجَةِ رِيحُهَا طيِبُ وَطَعمُهَا طَيِبُ وَمَثَلُ الموُمِنِ اٌلَذِي لآيَقرَاٌ القُرانَ كَمَثَلِ التَمرَة لآريَح لَهَا وَطَعمُهَا حُلوٌ وَمَثَلُ المُنَافِقِ اٌلَذِي يَقرَأ القُرانَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيْحُهَا طَيّبٌ وَطَعْمُهَا مُرُّ وَمَثَلُ المُنَافق اّلذِي لا يَقْرَأُ القُرْانَ كَمَثِلِ الحَنُظلَةِ لَيسَ لَهَا رِيحُ وطعمها مُرُّ. (رواه البخارى ومسلم والنسائي وابن ماجة).

Dari Abu Musa r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “perumpamaan orang mu’min yang membaca al Qur’an adalah seperti buah utrujah (limau manis) yang baunya harum dan rasanya manis. 

Perumpamaan orang mu’min yang tidak membaca al Qur’an adalah seperti kurma, tidak berbau harum tetapi rasanya manis. 

Perumpamaan orang munafik yang membaca al Qur’an adalah seperti Raihanah, baunya harum tetapi rasanya pahit. 

Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al Qur’an seumpama buah Hanzalah, tidak berbau harum dan rasanya pahit.” (Hr. Bukhari, Muslim, Nasai, dan Ibnu Majah)


Hadits diatas menunjukan perbandingan antara sesuatu yang abstrak dengan yang nyata, sehingga dapat lebih mudah dibedakan antara orang yang membaca al Qur’an dan yang tidak membacanya. Padahal jelas kelazatan tilawat al Qur’an jauh berbeda dengan kelezatan apa pun di dunia ini, seperti limau dan kurma. 

Tetapi banyak rahasia dibalik tamsil hadits yang menjadi saksi terhadap ilmu Nubuwwah dan luasnya pemahaman Nabi saw. Misalnya: limau mengharumkan mulut, menguatkan pencernaan, membersihkan usus, dan sebagainya. Semua manfaat itu juga dihasilkan oleh pembaca al Qur’an, yaitu mewangikan mulut, membersihkan batin,dan menguatkan ruhani. 

Saya mendengar dari beberapa pakar yang mengatakan bahwa limau manis dapat menguatkan ingatan. Dan menurut riwayat Ali r.a. dalam al Ihya disebutkan bahwa ada 3 hal dapat menguatkan ingatan, yaitu: (1) Bersiwak; (2) Shaum; dan (3) Membaca al Qur’an.


Sebagai penutup hadits diatas, dalam riwayat Abu Dawud disebutkan bahwa sahabat yang baik adalah seperti penjual minyak kasturi. Meskipun tidak memiliki kasturi tetapi jika berdekatan dengannya akan mendapatkan wanginya. 

Sahabat yang buruk adalah seperti pandai besi, meskipun tidak terkena apinya tetapi jika berdekatan dengannya akan terkena asapnya. 

Karena itu sangat penting untuk diperhatikan siapakah sahabat dan teman bergaul kita

Kelebihan Al-Quran Bahagian 5 (Kita Tidak Boleh Mencemburui Para Ahli Al-Quran.Kita Sepatutnya Berusaha Agar Dapat Menjadi Seperti Mereka)


عَن ابنِ عُمَرَ رَضي اللٌهُ عَنهاَ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم لآحَسَدَ ألآ فيِ اثنَتَينِ رَجُلُ اتَاهُ اللٌهُ القُرانَ فَهُو يَقُومُ بِه انَأءَ اللًيلِ وَانَأءَ النَهَارِ وَرَجُلُ اعطَاهُ مَالآ فَهُوَ يُنفق مِنهُ انَأءَ الٌلَيِل وَانَأءَ النٌهَارِ.(رواه البخارى ومسلم والترمذى والنسائى وأبن ماجه).
Dari Ibnu Umar r.huma. berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal al Qur’an). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari.” (Hr. Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa’i)


Dalam al Qur’an dan hadits banyak diterangkan bahwa hasad atau iri hati yang hukumannya mutlak dilarang. Sedangkan menurut hadits diatas, ada dua jenis orang yang kita boleh hasad terhadapnya.

Karena banyak riwayat yang terkenal mengenai keharaman hasad ini, maka alim ulama menjelaskan hasad dalam hadist ini dengan dua maksud:

Pertama, hasad diartikan risyk yang dalam bahasa arab disebut ghibtah. Perbedaan antara hasad dan ghibtah yaitu: hasad adalah jika seseorang mengetahui ada orang lain memiliki sesuatu, maka ia ingin agar sesuatu itu hilang dari orang itu, baik ia sendiri mendapatkannya atau tidak. 

Sedangkan ghibtah ialah seseorang yang ingin memiliki sesuatu secara umum, baik orang lain kehilangan atau pun tidak. Karena secara ijma’ hasad adalah haram, maka para ulama mengartikan hasad dalam hadits diatas dimaksudnya adalah ghibtah yang dalam urusan keduniaan dibolehkan, sedang dalam masalah agama adalah mustahab (lebih disukai).


Kedua, mungkin juga maksudnya sebagai pengandaian. Yakni seandainya hasad itu dibolehkan, maka bolehlah hasad terhadap dua jenis tersebut diatas.

Kelebihan Al-Quran Bahagian 4 (Tada Alas An Untuk Kita Tidak Membaca Al-Quran)


عَن عَائِشَةَ رَضي اللٌهُ عَنهاَ قَالَتُ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم الَماهر باِلقُرانِ مَعَ السَفَرَةَ الكِرَامِ الَبَرَرَةِ وَاٌلَذِي يَقُراٌ القُرانَ وَيَتَتَعتَعُ فِيه وَهُوَ عَلَيهِ شَاقٌ لَه اَجَران (رواه البخارى ومسلم وابو داوود والترمذى وابن ماجه).

Dari Aisyah r.h.a berkata bahwa Rasulullah saw.bersabda , “Orang yang ahli dalam al Qur’an akan berada bersama malaikat pencatat yang mulia lagi benar, dan orang tergagap-gagap membaca al Qur’an sedang ia bersusah payah (mempelajarinya), maka baginya pahala dua kali.” (Hr. bukhari, Nasa’I, Muslim, Abu Daud, Tarmidzi, dan ibnu Majah)

Maksud orang yang ahli dalam al Qur’an adalah orang yang hafal al Qur’an dan senantiasa membacanya, apalagi jika memahami arti dan maksudnya.

Dan yang dimaksud ‘bersama-sama malaikat’ adalah, ia termasuk golongan yang memindahkan al Qur’an al-Karim dan Lauh Mahfuzh, karena ia menyampaikannya kepada orang lain melalui bacaannya. Dengan demikian, keduanya memiliki pekerjaan yang sama. Atau mungkin juga berarti, ia akan bersama para malaikat pada hari Mahsyar kelak.

Orang yang tergagap-gagap membaca al Qur’an akan memperoleh pahala dua kali; satu pahala karena bacaannya, satu lagi karena kesungguhannya mempelajari al Qur’an berkali-kali. Tetapi bukan berarti pahalanya melebihi pahala orang yang ahli al Qur’an. Orang yang ahli al Qur’an tentu saja memperoleh derajat yang istimewa, yaitu bersama malaikat khusus. Maksud yang sebenarnya adalah, bahwa dengan bersusah payah mempelajari al Qur’an akan menghasikan pahala berganda. Oleh karena itu, kita jangan meninggalkan baca al Qur’an, walaupun mengalami kesulitan dalam membacanya.


Mulla Ali Qari rah.a. meriwayatkan dari Thabrani dan Baihaqi, “Barang siapa membaca al Qur’an sedangkan ia tidak hafal, maka ia akan memperoleh pahala dua kali ganda. Dan barang siapa benar-benar ingin menghafal al Qur’an, sedangkan ia tidak mampu, tetapi ia terus membacanya, maka Allah akan membangkitkannya pada hari Mashyar bersama para hafizh al Qur’an.