عَن عُقبةً بنِ
عَامِرٍ رَضيِ اللٌهٌ عَنهٌ قَالَ خَرَجَ عَلَينًا رَسُولٌ اللٌه صَلْي اللٌه
عَلَيهِ وَسَلٌمَ وَنخَنُ فيِ الصفٌةِ فَقَالَ اَيٌكُم يُحبٌ اَن يَغدُ وَ كُلٌ
يَومٍ اِلي بُطحَانَ اَواَلى الَعقَيقَ فَيَاٌتيِ بِنَاقَتَينِ كَومَاوَينِ فِي
غَيِر اِثمٍ وَلآ قَظيعَةِ رَحَمٍ فَقُلنَا يَارَسُولَ اللٌهِ كُلٌنَا نُحِبٌ
ذَالِكَ قَالَ اَفَلآ يَغدُو اَحَدُكُمَ اِلَى المسَجِدِ فَيَتَعَلَمَ اَوفَيَقَرٌاَ
ايَتَينِ مِن كِتَابِ اللٌه خَيرٌلَه مِن نَاقَتَينِ وَثَلآثُ خَيرُلَه مِن ثَلآثٍ
وَاَربَعُ خَيرُلَه من اربع ومن اعدادهن من الأبل .(رواه مسلم وابو داوود).
Dari Uqbah bin Amir
r.a., ia menceritakan, “Rasulullah saw. Datang menemui kami di shuffah, lalu
beliau bertanya, ‘Siapakah diantara kalian yang suka pergi setiap hari ke pasar
Buth-han atau Aqiq lalu ia pulang dengan membawa dua ekor unta betina dari
jenis yang terbaik tanpa melakukan satu dosa atau memutuskan tali silaturahmi?’
Kami menjawab, Ya Rasulullah, kami semua menyukai hal itu.’
Rasululullah saw.
Bersabda, ‘Mengapa salah seorang dari kalian tidak kemasjid lalu mempelajari
atau membaca dua buah ayat al Qur’an (padahal yang demikian itu) lebih baik
baginya dari pada dua ekor unta betina, tiga ayat lebih baik dari tiga ekor
unta betina, dan begitu pula membaca empat ayat lebih baik baginya daripada
empat ekor unta betina, dan seterusnya sejumlah ayat yang dibaca mendapat
sejumlah yang sama dari unta-unta.” (Hr. Muslim dan Abu Dawud)
Shuffah adalah sebuah
lantai khusus di Masjid Nabawi tempat orang-orang miskin Muhajirin tinggal.
Mereka dikenal dengan sebutan Ahlush Shuffah (orang-orang shuffah). Jumlah
sahabat ahlush shuffah selalu berubah dari waktu ke waktu.
‘Allama Suyuti
rah.a. telah menyusun seratus
satu nama sahabat
yang tinggal di Shuffah, dan ia menulis tentang mereka di dalam risalah
tersendiri. Sedangkan Buth-han dan Aqiq adalah nama dua buah tempat di Madinah
sebagai pasar perdagangan unta. Orang Arab sangat menyukai unta, terutama unta
betina yang berbonggol besar.
Maksud ‘tanpa
melakukan suatu dosa’ adalah mendapatkan sesuatu dari orang lain tanpa usaha
atau berkorban. Bukan harta yang bertambah melalui pemerasan, pencurian, atau
merampas warisan sesama saudara. Oleh karena itu, Rasulullah saw. Menyatakan
dalam sabdanya, bahwa unta itu diperoleh tanpa bersusah payah sama sekali dan
tanpa berbuat suatu dosa pun. Sudah pasti memperoleh harta dengan cara demikian
lebih disenangi oleh semua orang. Akan tetapi Nabi saw. Menyatakan bahwa
mempelajari beberapa ayat al Qur’an itu lebih baik dan lebih utama daripada
mendapatkan semua itu.
Hendaknya kita meyakini hal ini, bahwa keutamaan dan pahala mempelajari al Qur’an tidaklah sebanding dengan seekor atau dua ekor unta, bahkan dengan kerajaan seluas tujuh benua sekalipun. Karena semua itu pasti akan ditinggalkan, jika bukan hari ini tentu hari esok saat maut menjemput semuanya terpaksa harus berpisah. Sebaliknya, pahala membaca satu ayat Al Qur’an akan bermanfaat untuk selama-lamanya. Dalam urusan keduniaan, kita dapat saksikan bahwa orang orang yang diberi satu ringgit tanpa beban tanggung jawab apapun akan lebih senang daripada dipinjami seribu ringgit agar disimpannya tetapi kelak akan diambil lagi, karena ia hanya dibebani amanah tanpa mendapat manfaat sedikitpun.
Hadits diatas
intinya adalah mengingatkan kita akan perbandingan sesuatu yang fana dengan
sesuatu yang abadi. Ketika seseorang sedang sedang diam atau bergerak,
hendaknya selalu berfikir apakah ia sedang berbuat sesuatu yang hasilnya
sementara dan sia-sia atau sesuatu yang hasilnya kekal dan bermanfaat? Betapa
rugi jika kita gunakan waktu hanya untuk menghasilkan bencana yang abadi.
Kalimat terakhir
didalam hadits di atas menyebutkan bahwa jumlah ayat yang sama tetapi lebih
utama daripada jumlah untanya. Kalimat itu mengandung tiga maksud, yaitu:
1) Walaupun sampai
jumlah empat ayat saja yang disebutkan secara terperinci, tetapi maksudnya
adalah semakin banyak jumlah ayat yang dibaca akan semakin semakin banyak
pahala yang diperoleh. Dalam pengertian ini, semua unta sama, baik jantan
maupun betina.
2) Jumlah untanya
sama dengan jumlah yang disebutkan dalam hadits diatas, tetapi untanya
bergantung pada selera masing-masing. Ada yang menyukai unta betina ada yang
menyukai unta jantan. Oleh sebab itu, Nabi saw. Menegaskan bahwa satu ayat
lebih berharga daripada seekor unta betina. Jika seseorang menyukai unta
jantan, maka satu ayat lebih baik daripada unta jantan.
3) Jumlahnya tidak
lebih dari empat, tetapi pengertiannya bukan saja lebih baik daripada unta
betina atau unta jantan, tetapi lebih baik daripada keduanyanya. Jelasnya,
membaca satu ayat lebih baik daripada sepasang unta jantan dan unta betina.
Demikianlah seterusnya, setiap ayat lebih utama daripada sepasang unta.
Ayah saya
(nawwarullaahu marqadahu) lebih setuju dengan pendapat ini, sebab lebih banyak
keutamaannya. Namun walaupun demikian, tetap tidak dapat disamakan antara
membaca satu ayat al Qur’an dengan satu ekor atau dua ekor unta. Ungkapan ini
sekedar gambaran dan contoh saja. Sebelumnya telah jelaskan bahwa satu ayat al
Qur’an akan memperoleh pahala abadi yang lebih utama dan lebih baik daripada
kerajaan seluas tujuh benua yang fana ini.
Mulla Ali Qari rah.a.menulis tentang seorang syaikh yang sedang bersafar. Ketika tiba di Jeddah, ia diminta oleh para pengusaha kaya agar tinggal lebih lama di tempat mereka, agar harta dan perniaganya mendapat berkah karena kehadiran seorang syaikh.
Pada mulanya syaikh
menolak tawaran mereka, tetapi setelah didesak akhirnya syaikh berkata,
“Berapakah keuntungan tertinggi dari perniagaan kalian?”
jawab mereka,
“penghasilan kami berbeza, setidaknya kami biasa mendapatkan keuntungan dua kali ganda.”
Syaikh itu berkata, “kalian ini bersusah payah untuk mendapat
keuntungan yang sedikit. Aku tidak menghendaki karena sesuatu yang sedikit ini
aku harus kehilangan shalatku di Masjidil Haram yang pahalanya dilipatgandakan
hingga seratus ribu kali.”
Hakikat inilah yang
harus dipikirkan oleh setiap kaum muslimin, sehingga mereka tidak mengorbankan
keuntungan agama demi mendapatkan keuntungan dunia yang sedikit ini.
No comments:
Post a Comment